Engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka. dan dikatakan kepada mereka " Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya". Demikian itulah kemenangan yang agung. (Al-Hadid : 12)

Kamis, 27 Februari 2014

Peran Koordinator Akhwat dalam Dakwah




Akhwat mempunyai kekhasan tersendiri, oleh karena itu perlu peran serta lingkup yang luas dari pengelolaan muslimah”. Memang setelah mengamati langsung selama 3 tahun di kampus, muslimah mempunyai keunikan tersendiri dalam lingkup dakwah kampus ini.

Managerial
Peran strategis pertama adalah me-manage atau mengatur dan memimpin para muslimah dalam sebuah departemen atau kepanitiaan. Mengkoordinir muslimah, begitulah peran pertamanya. Bagaimana seorang korwat bisa mengetahui dengan dalam setiap individu muslimah dalam tim serta membimbing mereka agar produktifitas dakwah berjalan. Biasanya dalam kondisi butuh keputusan mendesak, dibuat dua forum dalam sebuah tim, dibagi berdasarkan gender. Dan korwat lah yang memimpin para muslimah ini. Ia pula yang diharapkan dapat sebagai tempat curhat  bagi para muslimah yang berada dalam tim, ia yang selalu memberi motivasi dan memberi ucapan selamat atas keberhasilan kepada para muslimah.

Upgrading
Meningkatkan kapasitas internal setiap anggota tim yang muslimah. Korwat berperan sebagai guru yang memberikan pengetahuan , pengalaman dan saran agar para muslimah dapat menjalankan beban dakwah yang ada dengan baik. Peningkatan kemampuan internal ini adalah bagian dari kaderisasi departemen yang memang harus dilakukan. Harapannya dalam kaderisasi ini seorang korwat dapat membentuk calon penggantinya di kemudian hari.

Controlling
Memantau kesehatan dan kebahagiaan kader muslimah dalam menjalankan amanah dakwah. Kesehatan yang dimaksud terkait dua hal, kesehatan fisik yang dipengaruhi oleh asupan gizi, lama waktu istirahat dan olahraga yang dijalankan. Serta kesehatan ruhiyah  yang dipengaruhi oleh ibadah yang dilakukan, kepahaman, dan kedekatan kepada Allah. Serta tingkat kebahagiaan atau enjoyment dari kader dalam menjalankan agenda dakwah. Oleh karena itu seorang korwat diharapkan dapat memantau kader muslimah dari sisi ini, dan memberikan treatment khusus jika ada masalah atau kendala pada kader. 

Penampung Aspirasi
Muslimah mempunyai taste and reference tersendiri dalam berpikir dan mengambil keputusan. Oleh karena itu seorang korwat dituntut untuk dapat memancing aspirasi yang ada diantara para kader muslimah dan menampungnya dan menyampaikannya ke kepala departemen atau untuk dibahas di rapat. Selain itu diharapkan seorang korwat dapat menyelesaikan masalah internal muslimah dengan segera. Termasuk pula menampung dan menindaklanjuti aspirasi kader pria terhadap kader perempuan.

Komunikasi Dengan Kader Pria
Fungsi komunikasi seperti melanjutkan pesan dari kepala departemen terkait rapat dan sebagainya, dan menyampaikan usul-usul dari muslimah yang mungkin sulit untuk mengungkapkan pemikirannya. Dalam sebuah rapat, selalu memperhatikan posisi duduk seorang korwat selalu yang paling dekat dengan pria. Ini seperti “penjaga” dari para muslimah dan “pemimpin” dalam sebuah rapat.

Memimpin eksekusi agenda khusus muslimah
Sebagai contoh dalam departemen kaderisasi, dimana terdapat kaderisasi khusus muslimah. Seorang korwatlah yang akan memimpin rapat, eksekusi dan lain-lainnya. Atau dalam persiapan sebuah acara dimana, kader muslimah diminta untuk mengerjakan bagian tertentu  bersama, maka seorang korwat yang mengkoordinir dan sebagai penanggungjawab tugas tersebut

Penyeimbang dan back up kepala departemen
Bisa dikatakan secara informal seorang korwat adalah wakil ketua departemen dimana ia pengambil kebijakan tertinggi kedua setelah kepala departemen. Selain itu korwat diharapkan mampu memotivasi staff muslim untuk memimpin rapat untuk pengambilan kebijakan jika seorang kepala departemen sedang berhalangan atau bermasalah. Korwat diharapkan juga dapat sebagai penyejuk departemen yang mungkin terlalu dikejar deadline dan rasionalisasi seorang pria. Ia diharapkan dapat sebagai penasehat moril departemen. Peran korwat dalam memberikan motivasi secara khusus kepada kepala departemen untuk memastikan bahwa roda departemen tetap berjalan. Dengan tetap menjaga batasan syariah, seorang korwat dapat menjadi teman diskusi dan berpikir seorang kepala departemen terkait permasalahan di departemennya.

Mencegah Penyebaran VMJ dalam Dakwah




Gejala ini mulai timbul pada era dimana kader dakwah semakin bertambah, sehingga kualitas pemahaman tidak merata. Sebetulnya ini bukan hal yang sangat salah, bisa jadi kita melihat dari sudut positif, bahwa ternyata dakwah kampus diterima oleh objek dakwah, bahkan objek dakwah yang belum begitu paham akan ajaran Islam secara menyeluruh. Ya, saya ingin mencoba mengingatkan Anda bahwa VMJ bukanlah hal yang buruk sekali. Kita perlu sedikit mengganti frame kita, jika ada kader yang terkena virus ini, maka ia adalah objek dakwah bagi kita. jadi pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan objek dakwah. Berkembangnya dakwah belakangan ini membuat berbagai metoda pendekatan dakwah dilakukan, apakah itu dengan cerpen, novel atau nasyid. Dan perlu kita ingat bahwa cerpen, novel atau nasyid yang berkembang banyak seputar kisah percintaan suci antara dua kekasih. Ini bisa menjadi salah satu penyebab berkembangnya pemikiran kader. Seharusnya media seperti itu diperuntukkan bagi objek dakwah yang masih awam, akan tetapi entah mengapa kader inti pun juga menyenangi media dakwah seperti itu. Pada dasarnya  Virus ini mulai merebak biasanya disebabkan oleh 2 hal, 

Pertama,
longgarnya regulasi atau tata nilai tidak tertulis terkait hubungan ikhwan dan akhwat. Pengamatan saya menilai virus ini cepat merebak di perkotaan, untuk di daerah biasanya lebih sedikit, karena tata nilai hubungan ikhwan dan akhwat lebih rigit. Pencegahan yang bisa kita lakukan untuk virus ini adalah membentengi kader dengan dua kerentanan sebab diatas, yakni dengan tata nilai hubungan ikhwan akhwat serta ukhwah yang kuat. Terkait hubungan ikhwan akhwat, bisa dimulai dengan pembatasan waktu berkomunikasi, seperti tidak ada hubungan komunikasi ( kecuali darurat ) antara ikhwan dan akhwat diantara pukul 21.00 s.d subuh, atau terkait hijab saat bertemu dan rapat, atau pencegahan sms yang tidak penting ( bahkan sms berisikan tausiyah juga bisa menjadi masalah ). Memang diperlukan ketegasan di sisi pemimpin dakwah agar tata nilai ini bisa berjalan, akan tetapi untuk lembaga dakwah yang sangat terbuka dan heterogen memang perlu kebijakan khusus karena salah kebijakan dapat membuat kader antipati dengan dakwah itu sendiri. 

Kedua,
lemahnya ukhwah diantara kader. Karena virus ini biasanya bermula dari kurangnya perhatian dari sesama gender, maka ia mencari pelarian ke gender yang berbeda. Memang sudah fitrahnya saya rasa, kita lebih nyaman dengan bercerita dengan lawan jenis. Saya kurang tau mengapa, tapi memang begitu adanya. Selanjutnya sisi ukhwah diantara kader dakwah, coba bangun nuansa kekeluargaan, merajut budaya keterbukaan untuk berbagai kesusahan maupun kesedihan, berbagi senyum dan tangis di antara kader sesama gender. Ketika seseorang sudah nyaman untuk bercerita dengan sesama kader yang satu gender, ia tidak akan berpikir untuk bercerita kepada lawan jenis. Budaya apresiasi perlu dibangun diantara kader dakwah, mulai dari hal yang sepele seperti mengungkapkan perasaan terima kasih, atau pujian atas keberhasilan, selalu berpikir positif sesama kader, dan budaya saling mendukung satu sama lain.
Jika ternyata sudah terjadi kasus ini maka diperlukan penanganan yang tepat dan sabar. Penangananvirus ini harus dengan kesabaran, dan mengutamakan emosi ketimbang logika. Karena seorang yang telah dilanda asmara biasanya sulit menggunakan logika dalam berpikir, emosi lebih berperan dalam hal ini. Maka pendekatan emosi perlu dilakukan agar solusi yang diberikan tidak melukai kedua belah pihak. 

Mengenali siapa yang terjerat virus ini
Mengenal dengan baik, siapa yang terjangkit virus ini, apakah ia seorang yang memiliki ego tinggi, apakah ia seorang yang baru saja puber, ataukah ia seorang yang pendiam. Selain itu klasifikasikan ia pada sisi amanaha struktural. Apakah ia seorang staf, atau ketua departemen, atau lainnya. Hal ini untuk juga menyesuaikan solusi yang diberikan. Selain itu kenali juga sejauh mana virus ini berdampak pada dirinya, sejauh mana menganggu aktifitas akademik dan dakwahnya. Dengan mengetahui bagaimana kadar virus ini baru bisa kita menentukan langkah selanjutnya. 

Pendekatan solusi
Metode pendekatan solusi yang dilakukan pada dasarnya ada 5 hal, yakni dengan ;
1.      Diskusi rutin ( tidak terjadwal, tapi memiliki alur, untuk menyadarkan tanpa menghakimi )
2.      Pembebanan amanah lebih agar ia lebih fokus pada kegiatan ketimbang urusan hatinya dengan lawan jenis
3.      Menegaskan regulasi atau tata nilai
4.      Mengingatkan melalui mentor yang bersangkutan
5.      Membiarkan saja, akan tetapi tetap pastikan ia dalam lingkungan dakwah, selama ia masih dalam lingkungan dakwah ia akan lebih terjaga, dan mendoakan agar suatu hari sadar
Kesemua pendekatan solusi ini sebisa mungkin dilalukan oleh satu orang saja tidak perlu beramai-ramai, jika perlu virus ini tidak disebarluaskan untuk kepentingan menjaga perasaan saudara kita.

Hati Kita Bertaut Papa


cerpen

Malam ini kian redup, bintang pun seolah meninggalkanku dalam kesendirian. Mungkin hanya dinginnya angin malam yang sanggup menyapaku hingga ke tulang, bukan untuk menghangatkan aku tapi untuk menambah kegetiran sukma. Hanya ada sedikit cahaya yang mampu memasuki kamarku bahkan aku serasa tak ingin mereka masuk walau segarispun. Aku belum berani untuk tidur di ranjang, entahlah semakin aku menatap langit-langit kamar semakin ngilu hati ini. Tubuhku serasa menyatu dengan tembok ingin rasanya hatiku sekokoh tembok yang tahan akan benturan. Air mataku semakin menderas, tak berapa lama pintu kamarku diketuk seorang dari luar. Aku segera melonjak menuju ranjang, pura-pura tidur dan tak mau mendengar ketukan itu lagi.
“Salma…Salma…”, hanya beberapa detik dan panggilan itu sirna.
Aku pun tertidur dengan lampu mati, padahal aku paling benci dengan kegelapan. Keesokan paginya aku sengaja bangun telat dan tak ada niatan untuk berangkat sekolah pun menyapa seisi rumah.
“Salma… Salma…”, aku masih malas untuk bangun tapi itu suara kakak laki-lakiku bukan suara papaku.
Pintu kamarku tidak terkunci, bang Adil kakakku masuk begitu saja sambil membuka selimut yang sedari pagi aku rapatkan ke tubuhku.
            “Ayolah bangun, kamu tak mau sekolah?”, tanya Bang Adil sabar namun aku tak beringsut.
“Aku tahu kamu sedang berantem sama Papa, memangnya apa salah Papa?”, Bang Adil mencoba membuka percakapan itu.
Aku membuka mata yang sebenarnya sudah terbuka dari subuh tadi. Aku menangis terisak didepan Bang Adil.
“Apa kakak pernah ditampar sama Papa?”, tanyaku masih terisak.
“Kalau kakak salah pasti Papa juga marah”.
“Aku tanya, apa kakak pernah ditampar sama Papa?”, tanyaku semakin terisak.
“Memangnya apa yang kau lakukan tadi malam hingga Papa marah padamu?”, tanya Bang Adil masih dengan kesabarannya. Bang Adil dan Papa beda sekali Papa sangat keras, hingga aku kadang membencinya. Sejak Bunda dipanggil Allah tabiat Papa jadi berubah sangat keras.
            “Aku pulang telat dan dan diantar teman cowokku, tapi aku gak ada hubungan apa-apa sama dia hanya dia khawatir aku pulang sendirian, lagi pula Papa juga baru datang dengan calon bininya”, jawabku manyun.
            “Adikku sayang, tante Nira itu bukan calon bunda kita beliau hanya sekretaris Papa, lagian kalau kamu pulang telatkan bisa minta jemput Abang atau Papa”, kata Bang Adil menimpali.
“Pokoknya aku benci Papa yang sekarang titik”, sedetik aku selesai bicara telpon rumah berdering, Bang Adil segera menerima telepon.
“Innaillahi wa inaillahi rojiun”, Bang Adil bergetar dan meneteskan air mata begitu deras. Aku mendekatnya ingin tahu apa yang terjadi.
            Bang Adil memelukku erat dan aku hanya terbengong dengan sangat lugunya.
            “Papa kecelakaan mobil dan sekarang keadaannya kritis”, suara Bang Adil bagaikan petir yang siap menyambarku kapan saja. Barusan aku bilang membenci Papa tapi dadaku ikut bergetar. Kamar seakan menyempit dan menghimpitku hingga semua gelap.
“Papa sebenarnya aku tak membencimu apalagi mengharapkanmu pergi dari sisiku, aku tahu nafsu ini yang membuatku begitu buruk memandangmu tapi yakinlah hati ini selalu mencintaimu. Cepat sembuh Papaku tersayang aku merindukan nasehat bijakmu yang selalu menuntunku dalam kebenaran”.

Minggu, 02 Februari 2014

ANAK PONDOK ATAU PETUALANG

cerpen



Aku anak rohis, selalu optimis nada dering handphoneku nyaring memenuhi kamar. Sesegera ku angkat karena memang letak handphoneku tak jauh.
Assalamu’alaikum sapaku ramah, ternyata dari bapak tempatku mengajar les.
Wa’alaikumsalam, mbak bisa ngelesi anak SMA di kantor tiap hari selama 7 hari? Terserah waktunya kapan mbak bisa, kata bapaknya dari seberang.
Oh insyaallah bisa pak balasku.
Namanya Vian mbk, mulai besuk ya ngajarnya?
Iya pak, terimakasih . Sambungan telepon pun dimatikan. Wah cepat sekali, pikirku.
Mbak siswanya sudah datang waktu aku keluar dari ruang kuliah SMS mulai memberondongku. Siap berangkat, aku bergegas karena letak tempat kuliah dan tempatku ngajar agak jauh mungkin 10 menit jalan kaki. Aku sedikit berlari, agar siswa baru itu tak terlalu lama menunggu.
Aku memasuki pintu tempatku mengajar seperti biasa. Terlihat sepi, hanya ada satu anak laki-laki. Aku sedikit binggung tadi kata bapaknya siswaku namanya Vian sudah hadir tapi aku hanya melihat satu anak laki-laki aku kira yang namanya Vian adalah seorang cewek. Segera ku sapa anak itu karena kelihatan bosan menunggu seseorang.
“Maaf, apa adik yang namanya Vian?”,sapaku ramah dan bersahabat, senyumpun terus berkembang.
“Hem, iya .Mbak Nila ya?”, jawabnya riang, mungkin terlalu lama menungguku dan tahu aku sudah datang.
“Iya dik, maaf ya mbak terlambat tadi abis keluar kelas”.
“Oh iya mbak ndak apa-apa kok, santai aja. Dimulai sekarang mbak?”, jawabnya masih riang, kelihatannya dia anak yang genius dan bersahabat. Pakaiannya santai, modis dan ramah.
“Iya, mari dik”, setelah berdoa aku segera memulai aksiku megajar. Aku sedikit terkejut ternyata aku hanya diberi waktu 7 hari untuk mengajar matematika dan menghabiskan seluruh materi untuk UN sedangkan dia sama sekali belum mendapatkan materi di SMA karena memang dia dari pondok pesantren.
            Hari pertama aku banyak diskusi dan sedikit memberi materi juga latihan soal. Tapi kelihatan dia senang belajar dan mulai menerima dengan pengajarnya. Aku harus bersiap untuk mengajar lagi besuk, semuanya aku persiapkan mulai dari pembagian materi hingga latihan soal serta tugas untuknya.
            Hari keduaku mengajar, dia semakin tenang dan tidak canggung lagi. Ada sedikit gurauan kecil dan bercandaan agar tidak bosan di kelas.
            “Mbak dari pondok juga ya?”, tiba-tiba dia bertanya di tengah pelajaranku.
“Bukan, mbak belum pernah merasakan belajar di pondok, sekolah umum semua dik, ada apa memangnya?”, jawabku santai dan masih terus melanjutkan menulis soal.
“Pakaian mbak kaya anak pondok aja”, aku hanya tersenyum. Memang aku memakai jilbab lebar, rok dan kaos kaki tapi itu semua untuk menutup aurat.
Hari kedua lancar dia semakin mudah menerima pelajaranku. Perkembangannya mulai terlihat soal yang aku berikan digasaknya habis meski sering-sering bertanya. Sekarang waktu ku memnag tersita, aku juga harus memastikan pelajaran Vian dan kuliahku sendiri. Selesai aku mengerjakan tugas segera aku membuat soal dan mencari materi yang akan aku berikan pada Vian esuk harinya.
Hari ketiga jadwalku berubah. Karena tidak ada jadwal pelajaran lain Vian minta waktu dipercepat, sedangkan aku juga tidak ada kuliah.
“Hobby mbak apa?”, tanyanya sambil menyalin catatanku.
“Apa ya? coba tebak deh”, jawabku santai tapi masih memperhatikan pelajaran.
“Hem, pasti baca buku”, aku tersenyum, banyak yang benar kok kalau nebak hobbyku.
“Iya tapi mbak juga suka nulis”.
“Nama lengkap mbak siapa?”, dia mulai cerewet dari kemarin.
“Nilatus Syifa, kalau kamu?”, aku gantian bertanya padanya.
“Marsekal Kevianto, mbak tau gak artinya apaan?”, tanyanya lagi padaku.
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. “Aku ada tugas buat mbak, jadi bukan hanya mbak saja yang bisa buat tugas buat aku. Coba mbak cari arti dari marsekal, ok”, wah-wah dia mulai berani sama aku, pikirku sambil tersenyum tanda mengiyakan.
Waduh tugasku tambah banyak, buat tugas untuk kuliah, cari materi dan buat soal ditambah harus cari arti dari marsekal. Aku coba buka internet, ternyata marsekal sejenis pangkat di militer. Ah mungkin ayahnya orang militer pikirku.
Hari keempat aku mulai siap-siap untuk mengajar, juga jawaban dari marsekal. Tiba-tiba nada dering SMS ku bunyi.
Mbak suka juice?
Suka jawabku cuek, sms dari Vian
Mbak suka juice apa?
Hampir semua suka, tapi paling suka jambu biji
Ok dah, 5 menit lagi aku sampai tempat les mbak tunggu aku ya
Ya. Aku juga belum berangkat masih asik di kontrakanku.
Beberapa menit aku sampai tempat les, dia sudah ada disana. “Sudah siap menerima materi?”, tanyaku memulai.
“Sudah siap donk mbak yang cantik, oh iya ini ada juice jambu biji kesukaan mbak Nila”.
“Lho kenapa dibelikan juice, mbak kan gak minta Vian”, tanyaku masih binggung.
“Gak apa-apa mbak”, sambil senyum-senyum dan memandangku.
Mulai kemarin pandangannya tajam ke arahku, sering aku menghindar atau menutup mukaku dengan buku karena malu dipandang terus.
“Mbak udah ketemu arti marsekal?”.
“Udah donk”, aku sedikit sharing dengan dia.
“Mbak kenapa sih malu kalau aku liatin”.
“Kamu juga sih masa liatin gurumu kaya liatin pacarmu gitu, sudah-sudah nanti materi dan soal-soal kita gak kelar lagi”, kataku mengalihkan saat dia mulai memandangku lagi.
Aku mulai risih dengan tingkahnya yang mulai memandangku tajam seakan-akan aku bukan gurunya tapi pacarnya.
Mamasuki hari kelima, aku mulai menghitung berapa materi yang sudah didapatkan Vian dan kemampuan Vian sampai mana. Tapi dia banyak perubahan mulai bisa menyesuaikan diri dalam menghadapi soal-soal. Hari ini pun Vian membawakanku juice jambu biji. Padahal aku tak memintanya sama sekali.
“Wah hujan mbak, nunggu reda dulu yuk mbak”, akhirnya aku menunggu hujan reda karena memang hujan turun cukup deras.
Dia mulai cerita tentang kehidupannya di pondok. Ternyata dia hafidz, penghafal Al-Qur’an. Dia juga menceritakan tentang keluarganya.
“Emang kamu udah hafal berapa juz, sudah semuakah?”, tanyaku kagum padanya, padahal dari penampilan dia tidak kelihatan anak pondok apalagi hafidz.
“Itu rahasia mbak, kalau aku bongkarin nanti yang tak hafal hilang lagi, apalagi kalau liat mbak yang cantik hafalanku bisa-bisa hancur semua ini”, katanya sambil senyum-senyum memandangku lagi.
“Ya makanya jangan liatin aku kaya gitu Vin, kok aku lebih enak manggil kamu Kevin ya daripada Vian”.
“Ya udah panggil Kevin aja, lagian aku biasanya juga dipanggil Kevin kok mbak”.
“Oh iya kok kamu bisa sampai Malang ceritanya gimana? Bukannya asalmu Bali dan pondokmu Jawa Tengah ya?”, tanyaku heran sedikit berpikir dia anak pondok apa petualang.
“Kaya petualang ya mbak? hehehe. Aku tu gak boleh sekolah di Bali karena pergaulannya buruk, akhirnya aku pondok di Kuningan Jawa Tengah tapi untuk ikut UN ini aku sementara dipindah ke Malang. Adikku yang aku certain itu juga mondok di Malang kok mbak. Tapi udah hampir tiap daerah udah aku kunjungi tempat wisatanya. Baru tiga hari di Malang aja aku udah naklukin Bromo sama Semeru dan wisata alam kota Batu mbak. Pasti kalau mbak belum pernah ke Bromo ya apalagi Semeru? hahaha ”, ceritanya sambil ngejek aku.
“Emang, mbak jarang jalan-jalan kan tujuannya kesini kuliah bukan jalan-jalan”, balasku.
“Iya-iya mbak”. Hujanpun sudah mulai reda tapi masih menyisakan rintik-rintik air.
“Mbak aku anterin aja ya pulangnya”, tawarnya padaku.
“Ndak usah dik, kontrakan mbak lo di gang sebelah deket kok”, aku segera meninggalkan tempat les.
Aku mulai mempersiapkan materi Vian untuk hari keenam dan ku perkirakan materi hari ini selesai dan besuk tinggal latihan soal UN. Vian semakin rajin mengsms ku, entah tanyain pelajaran atau hal-hal pribadi
Makanan kesukaan mbak apa?dia mulai mengsmsku
Apapun suka
Yang paling disukai apa?
Rujak
Hari keenam hampir terlewati.
“Mbak ini makanan kesukaan mbak kan”, kali ini dia membawakanku rujak.
Aku mulai membahas dan selesaikan semua materi dia juga sedikit curhat dengan guru mata pelajaran yang lain, karena sering gonta-ganti guru dia tidak terlalu memahami pelajaran.
“Cuma matematika mbak yang aku fahami, paling biologi belajar sendiri dari baca-baca, fisika sama kimia ku entahlah mbak gurunya gak enak kaya mbak gitu sih”, curhatnya padaku.
“Oh iya ini materinya udah selesai jadi besuk tinggal latihan soal ya, lagian besuk pertemuan terakhir kitakan?”, kataku.
“Wah besuk sudah pertemuan terakhir, cepet sekali ya mbk. Akhirnya aku bisa ngrasain sekolah di SMA untuk pelajaran matematika”, dia kelihatan sangat senang.
“Mbak tau gak aku tu hanya punya 3 guru cewek lo”, dia mulai lagi curhatnya.
“Cuma tiga, siapa aja?”, tanyaku yang sedikit penasaran.
“2 guruku di SD waktu di Bali dan mbak. Jadi kalau hafalanku buyar semuanya karena mbak lo ya. Soalnya aku juga belum pernah pacaran mbak”.
“Lhoh kok mbak sih yang disalahin”, aku mulai tak terima tapi dia malah senyum-senyum.
“Mbak hari ini aku anterin pulang ya?”, pintanya lagi.
“Ah ndak usah kontrakan mbak tu deket dik”, lawanku.
Hari terakhirku ngajar Vian. Harus maksimal untuk hari ini.
“Vin hari ini kan hari terakhir les matematika, jadi mbak mau nilai matematikamu nanti tidak mengecewekan”.
“Wah siap mbak, kalau nilai matematikaku lebih dari nilai matematika mbak dulu mau dikasih apa hayo?”.
“Ada deh, kejutan kalau nilaimu bisa mengungguli nilai mbak. Oh iya setelah lulus kamu mau lanjut kuliah dimana?”, tanyaku.
“Aku pokonya boleh minta sesuatu ya, aku gak mau lanjutin kuliah mau main-main ke seluruh dunia aja, petualang lebih dulu deh. Udah 7 tahun aku terkungkung  di pondok dan kerjaan ku cuma hafalan aja capek mbak jadi aku pengen asik-asikan dulu”.
Setelah semuanya kelar aku menyerahkan beberapa soal untuk bekal Vian dipondok dan sebelum UN berlangsung.
“Mbak kalau aku mau ketemu mbak dimana ya?”.
“Emang kamu mau ketemu mbak lagi setelah lulus?”.
“Lhoh iya donk mbak, mbak nanti makan di luar yuk sekalian aku antar mbak pulang kan hari terakhir”.
“SMS aja kalau mau ketemu, maaf ya mbak ndak bisa harus cepet-cepet pulang apalagi udah sore”.
Hari ini hari terakhir les dengan Vian, bukan berarti hari perpisahan mungkin akan ada pertemuan kembali dengan sosok yang hebat seorang hafidz yang ku kagumi. Dan aku memang tidak mau keluar dengannya walau hanya untuk makan, aku tak mau menyiksanya dengan nafsunya bisa-bisa dia lupa dengan hafalan Al-Qur;annya gara-gara aku. Meskipun kami tidak lagi bertemu dia masih SMS. Kenangan indah bersama salah satu siswaku. Terakhir aku tau nilai UN matematikanya 80 tapi masih belum bisa mengungguliku, Jadi aku yang menang. MISS U Vin